sebuah cerita : NAYA DAN AYAH (belum kelar)


aku sedikit pesimis ketika menulis cerita ini. setelah beberapa hari yang lalu, seorang teman dengan jujur mengatakan, "sudahlah...kamu tidak usah menulis lagi..." sementara ibuku di rumah, selalu bilang, "...kamu bisa, melakukan apa yang kamu mau, ibu percaya itu"
dan kini aku tidak ragu, untuk melakukan kesalahan-kesalahan (lagi dan berkali-kali) dalam menulis. aku memang tidak punya kemampuan lebih dalam hal tulis menulis, tapi aku punya keinginan. thanks MOM.

NAYA DAN AYAH
apa yang membuat seorang anak membenci ayahnya?
ada banyak alasan yang bisa menjadi penyebab hubungan tidak harmonis antara anak dan ayah, sama halnya dengan naya dan ayahnya.
naya punya seorang ayah yang tidak menyenangkan, menurutnya. saat masih kecil, kesulitan ekonomi menjadi masalah utama dalam keluarga naya. ayahnya hanya seorang sopir angkot. ibunya jualan lotre. pulang sekolah, naya membantu ibunya hingga siang, lalu tidur. sore hari, nanya pergi mengaji, lalu belajar. begitu seterusnya. hanya hari minggu, naya boleh bermain. naya paling suka bermain 'gepok lele'. dia jago melempar tongkat kayu yang dinamakan 'lele' dalam permainan ini. ada sebuah kepuasan ketika dia diberi kesempatan melempar 'lele' kearah lawan. sampai pada hari minggu yang membawa sial, sebuah 'lele' terlempar sangat dahsyat mengenai kepala temannya. darah mengalir dari kepala anak itu.
"NAYYYAAA..."
PLAKKK!!! pukulan keras ayahnya, tepat mengenai pipi naya hingga memar kemerahan.
(naya tidak terlihat menangis seperti kakaknya yang pernah dimarahi ayah gara-gara bolos sekolah. saluran air matanya tersumbat batu kebencian)

hari ini keluarga naya sedang bahagia. ayah menang lotre. ibu dapat kerja sebagai penjaga toko roti. sebuah ayam panggang 'gandu' yang menjadi favorit sekeluarga dihidangkan diatas tikar lusuh bekas judi kemarin di depan rumah.
"Mana naya?"
"Nayaaa...dipanggil ayah, sini..." ibu menyusul ke dalam kamar.
"Kenyang buk" bisik naya dengan mimik muka memohon.
"Terserah, kamu mau ayah melempar ayam panggang itu ke mukamu?" ucap ibu sebelum meninggalkan kamar naya.
tiga puluh menit berlalu, ayah menemukan naya dalam sebuah almari buku.
"MAU SEMBUNYI???"
PLAKKK!!!
(naya tetap tak mau memakan ayam panggang yang super lezat itu. "ayam itu tidak halal..." ucapnya beberapa hari setelah kejadian itu, ketika ibunya bertanya kenapa dia tidak mau makan ayam panggang.)

sudah lama naya menyimpan dendam kepada maya, kakaknya. setiap kenaikan kelas, hanya maya yang mendapat sepatu baru, seragam baru, alat tulis baru, kotak pensil baru, dan hal-hal baru lainnya. sementara naya, selalu menerima barang bekas, mulai dari sepatu, seragam, alat tulis, kotak pensil, dan hal-hal bekas lainnya. kalau saja maya tak ada, pasti tak ada lagi yang namanya 'bekas'. minggu depan adalah hari pertama naya duduk di bangku SMP. dia masuk dalam sekolah favorit. dibandingkan maya, naya jauh lebih pintar, namun pintar saja bukan jaminan untuk bisa mendapatkan barang-barang baru.
"Uang ayah cuma cukup buat beli perlengkapan sekolah maya. kamu pakai punya maya yang sudah nggak dipakai kan bisa..." jawab ayah, ketika naya minta dibelikan seragam biru putih yang baru.
(naya sedih dan menyesal masuk sekolah favorit. "pasti yang sekolah disana anak orang kaya dengan seragam baru...")

sekumpulan siswa dengan seragam biru putih beramai-ramai menuju kantin sekolah. hari ini adalah hari terakhir masa orientasi siswa, waktu yang tepat bagi mereka untuk saling berkenalan, bertukar nomor telepon, dan tidak sedikit yang foto bersama. beberapa anak laki-laki mulai terlihat mencari perhatian dengan sekumpulan siswi, tidak terkecuali naya.
"hai, kamu yang tadi dihukum kakak kelas ya?" tanya seorang siswa yang sedari tadi memperhatikan naya.
"iya..." naya mengangguk sambil tersenyum tipis.
"kok bisa sih?"
"masalahnya tadi aku lupa nggak bawa id card.."
"kok bisa lupa? eh kenalan dong...nova"
"naya" sahut naya menyambut uluran tangan nova. kemudian keduanya terlihat sangat kompak bercerita pengalaman mereka selama masa orientasi siswa berlangsung.
hari ini bukan hanya akhir dari masa orientasi siswa, bukan juga hari kamis, tapi ini adalah awal persahabatan naya dan nova.

(naya ingin bertukar nomor telepon dan foto bersama, tapi naya tidak punya handphone atau pun kamera)

to be continue...

Comments

Anonymous said…
halo. salam kenal, septisutrisna...
kamu memang punya semangat buat nulis. tapi ada kalanya memang kita harus menerima keadaan kita, keterbatasan kita.
setelah aku baca cerita pendekmu ini, rasa2nya memang temanmu yang kamu sebut di awal tulisan memang benar. ini mungkin soal bakat kali yee... maaf, tapi ini aku bilang sejujurnya.

keep trying!
- radhar panca dahana -