CERITA TEPO PECEL




siang panjang di perjalanan. ngantuk, sudah pasti. kopi, menjadi pelabuhan mata ini. jalur Magetan madiun, saya melintasi Jalan Raya Sugihwaras. ada warung yang tak bernama, tapi kok saya tertarik? melihat di plang warung sedia : tepo pecel, es dawet, kopi, teh. mampir. saya pesan tepo pecel dan kopi. awalnya ingin mencoba es dawet, tapi setelah mengingat santan mengental di atas tungku dan gula merah menghambur ditambah janggelan hitam. belum ingin untuk siang ini. maka, kopi jadi pilihan amat tepat!
ada dua perempuan tua, juga duduk disana. hanya mampir. kalau saya benar-benar mampir untuk makan. setelah ngobrol : saking pundhi mbak? griyane pundhi? nyambut dateng pundhi? ber-pundhi pundhi mengalir. akhirnya sepiring tepo pecel dan kopi mendarat di depan saya.
seketika saya berlagak selayaknya Pak Bondan yang identik dengan Wisata Kuliner. berkomentar tentang makanan yang jauh berbeda. tak seperti imajinasi saya : tepo pecel, terdiri dari tepo dan pecel. tapi tepo pecel yang satu ini, ada tepo, pecel, dan sayur lodeh pendamping ketupat. wow! apa rasanya? aneh. tapi karena saya lapar, rasanya menjadi sangat enak. kondisi berpengaruh terhadap rasa.

Comments

genial said…
pertamaxxx...

maknyusssssss... gtu kan klu kata si bondan?!?!? kqkqkqkqkq.. salam kenal iia... izin follow sekalian :)
septi sutrisna said…
sip deh...oke aku follow back yaaa