ROHSA DAN JASMIN


siang bolong. tapi pikiran tidak plong. lelah ingin tidur. lantas, saya istirahat sebentar. hanya sebentar. dengan posisi miring ke kiri, saya sandarkan kepala pada lengan tangan kiri, dan mulailah saya mengilhami semua peristiwa yang terjadi sekitar sepuluh menit.

seorang wanita mirip saya, bernama Rohsa, berjalan jauh tak tahu arah. dari lakunya, dia hanya ingin terus berjalan menembus gang demi gang, menyusuri sungai, menyeberang jalan raya, tanpa beban. jalanan ber-cat putih, bata putih, bahkan saya menduga pada saat ini tak ada warna lain selain putih. atau hanya cat warna ini yang dikatakan halal, jadi sah-sah saja menggunakannya.

Rohsa, bersaudara dengan Jasmin, perempuan bertubuh padat, tidak tinggi, menyerupai saja juga. Jasmin, tak mengikuti jejak laku Rohsa. Jasmin lebih suka sendiri diam tersandar menghadap kiri dengan lengan kiri tertindih kepalanya. Jasmin berjanji untuk menunggu Rohsa kembali. sementara Rohsa masih jauh mengelana.

jasmin bukanlah apa-apa tanpa Rohsa. demikian juga Rohsa, tak berarti jika Jasmin tak menyerta.

ditengah perjalanan, Rohsa tersesat. di sebuah tembok plastik berisi cairan kental dengan sedikit sengatan. Rohsa berusaha menembusnya, namun tak kuasa oleh sengatan arus listriknya. tak berdaya oleh jepitan tembok plastik berisi cairan kental, menyesakan dada. Rohsa meronta meminta bantuan. Jasmin merasakannya. mereka berusaha saling membantu.
tapi, Jasmin tak mampu berbuat banyak, karena dia diciptakan untuk diam. untuk tidur miring ke kiri dengan lengan kiri tertindih kepala. mereka kembali berupaya, menyatu dalam gerakan ringan mengundang tanya.

"sep, kamu baik-baik saja??" suara dan gerakan tangan kekasih saya membangunkan saya dari tidur sebentar yang hampir memisahkan Rohsa dan Jasmin, Rohani dan Jasmani saya.

Oh, begini rasanya kelindihan...

Comments

hehehe...

rohsa dan jasmine ya..



pret, gak nyangka maksudnya itu... :D