PENGGADAI NYAWA


dulu saya pernah bilang ke Ibuk, 'Sudahlah, hidup apa adanya. yang penting bisa makan, tak perlu enak, tapi kenyang. aku ikhlas.'

kata-kata itu keluar ketika Ibuk mencari pinjaman ke sana-sini untuk menyekolahkan saya ke Universitas di Solo. dan hasilnya, gagal. saya tak sanggup menjalani proses eliminasi yang ketat itu.

demi memuaskan keinginan Ibuk, yang kepengen saya bisa kuliah. maka saya kuliah Diploma 3 di Madiun. tradisi mencari pinjaman untuk bayar biaya kuliah masih juga berlanjut.
maka, saya ajukan beasiswa dan lolos. selama 4 semester saya bebas uang SPP.

lantas, ketika lulus kuliah saya diterima kerja di sebuah bank swasta di Madiun, itu juga karena keinginan Ibuk, yang kepengen anaknya menjadi pegawai bank.
saya butuh baju kerja yang baru, sepatu kerja yang resmi, dan semua itu membutuhkan uang.
Ibuk mencari pinjaman lagi.

saya heran, kenapa tak berpikir simpel saja?

karena seorang ibu tak ingin yang simpel untuk anaknya. saya kini juga merasakan. ingin memberi dan terus memberi pada anak saya. ketika teman-temannya sudah punya mainan mobil dengan remote control, saya juga ingin membelikan satu untuknya, meski sebenarnya anak saya belum menginginkan mainan itu, karena usianya belum genap dua tahun.

lalu, ketika anak-anak kecil lainnya sudah mahir berenang... saya juga mati-matian mengatur jadwal supaya bisa meluangkan waktu untuk menemani anak saya berenang di Minggu pagi.

dan, saat teman sebaya nya punya jaket lucu gambar beruang... saya tak sabar membelikannya pada hari gajian itu tiba.

seperti itulah ibu. jika Kantor Pegadaian mau menerima Nyawa Ibu, bisa saja seorang ibu menggadaikan nyawanya untuk sang Anak.

mama is loving u

Comments