FIKSI

Siang menerjang jalan. Panas menjadi nyata. Tak lagi ada mendung sendu. Yang ada hanyalah langkah terburu. Ingin segera bertemu. Jika tidak, marahmu akan terus menderu. Bagai laju angkot yang penuh bau.

Ini hari Minggu. Aku telah janji akan menemui orangtuamu. Meski akupun ada janji selain denganmu. Tapi aku terus melaju. Yang ada hanyalah langkah terburu. Dan aku tak mau, kau ucapkan kalimat itu, "Mulutmu bau busuk, bisanya janji melulu"

Ingin sebenarnya jauh hari kusampaikan ini. Satu kesempatanku menjadi manusia sejati. Menjadi pria yang tak hanya minta uang mami. Yang ingin sesekali membelikanmu rok mini. Supaya paha putihmu bisa mudah kumasuki.

Tapi kamu tak pernah peduli. Kamu hanya mau aku mengerti. Minggu ini adalah hari yang kau nanti. Aku harus datang dengan sejuta cerita pemikat hati. Kisah yang telah tersusun rapi. Supaya orang tuamu menyetujui. Kamu dan aku menjadi suami istri.

"Nama saya Soni. Saya punya usaha sendiri. Meski masih kecil, tapi saya sudah mandiri. Usaha saya di bidang publikasi. Saya yakin satu tahun lagi, bidang seni publikasi ini akan sangat diminati."

Nama saya Soni. Saya menganggur sejak lulus SMU. Sehari-hari, saya diminta mami untuk membantu. Hari ini, Minggu adalah hari yang saya tunggu. Karena setelah satu bulan menunggu, akhirnya saya mendapat panggilan interview. Saya melamar kerja di Rumah Yatim Piatu. Menjadi guru bagi anak yang tak mampu.

Dan aku tak mau mengacau rencanamu. Kulupakan panggilan interview. Demi kisah fiksimu. 


Comments