BALADA NASI GORENG

Kau tak percaya kalau nasi goreng itu buatanku.

Di sisa malam hingga dingin tenggelam, kau masih menyimpan dendam. Kau tak percaya kalau nasi goreng itu buatanku. Lantas kau mendebat, tak mau mengakui jika aku hebat.

Sejak dulu aku tak pandai meracik bumbu. Bisaku hanya belanja dan memanjakan mata. Kau janjikan aku menjadi ratu, bukan sebagai babu. Apakah setelah melahirkan anak, dan tubuhku penuh lemak, kau perlakukan aku tak seperti binatang ternak?

Setelah kau bilang aku tak pandai meracik bumbu. Bisanya hanya belanja dan memanjakan mata. Aku sadar takkan pernah menjadi ratu, tapi seorang babu. Sejak melahirkan anak, dan tubuhku penuh lemak, kau perlakukan aku seperti binatang ternak.

Memang, nasi goreng itu buatanku

Nasi putih dan racikan bumbu sudah menyatu dalam sebuah wadah bambu. Aku ragu kalau nasi goreng itu bisa memanjakan lidahmu. Aku cemas kau akan tewas oleh rasa pedas. Atau kau akan geram karena terlalu banyak garam. Dan aku yakin kau akan marah karena warna nasi gorengnya terlalu merah. 

Kau boleh tak percaya kalau nasi goreng itu buatanku
Seorang penjual nasi goreng melintas, seakan ingin membantu dengan ikhlas. Dalam beberapa menit, nasi putih dan racikan bumbu sudah menyatu dalam sebuah wadah bambu. Aku tak ragu kalau nasi goreng itu bisa memanjakan lidahmu. Aku tak lagi cemas kau akan tewas oleh rasa pedas. Kau tak perlu geram karena sudah cukup garam. Dan aku yakin kau tak akan marah soal warna nasi gorengnya yang terlalu merah.

Di sisa malam hingga dingin tenggelam, kau masih menyimpan dendam. Kau tak percaya kalau nasi goreng itu buatanku. Lantas kau mendebat, tak mau mengakui jika aku hebat.
Dibalik tirai jendela kulihat kau sedang berkelana. Menyusuri tempat sampah untuk menemukan bukti sah. Untuk meyakinkan hatimu, benarkah nasi goreng itu buatanku? 

"Bukan" jawabku. Kau tak perlu mencari nasi goreng buatanku, karena seorang penjual nasi goreng yang melintas, telah melahapnya dengan ikhlas.

Comments