DALAM TERMANGU (catatan Lintang)

Dan malam telah tenggelam. Selepas jam dua belas. Kau mengetuk buyarkan rasa kantuk. Kau datang dengan muka melas terpampang. 
"Siapa yang mampu membuatku termangu? hanya kamu!"
Lalu kau memaksa masuk sebelum ku menanya.
"Kenapa kau tak pulang kerumah istrimu?"
Kau hanya termangu. Memang benar, hanya aku yang bisa membuatmu termangu.

Dan malam semakin kelam. Aku sudah telanjang, tanpa baju sepasang. Kau malah tidur sambil mendengkur. Jika begitu, aku pakai lagi bajuku.
"Siapa yang suruh kamu pakai baju?"
Lalu kau meminta aku untuk lepas semua.
"Buat apa aku telanjang kalau kau tak mau pegang?"
Kau lantas termangu. Memang benar, hanya aku yang selalu bisa membuatmu termangu.

Dan kini sudah jam dua pagi. Semenjak tadi aku terus begini. Telentang dengan vagina membentang. Kakiku kram, sementara kau terus mendekam. Pelan-pelan aku beralih, seperti perempuan penyapih. 

Diujung pintu kayu jati seorang istri sudah menghampiri. Hanya memandangi tak mau mencaci maki. Membunuh sendiri rasa benci. Memelas dalam tangisan deras. Istri yang berusaha bahagia meski disia-sia. 
"Titip pesan buat suami saya, saya selalu mencintainya."
"Iya mbak." jawabku dalam termangu.


Comments