RAPUHKU


di pagi yang tak ingin diberi nama, kudapati segenggam hati yang terpuruk. 
terluka oleh kepingan kenangan yang tajamnya melebihi pecahan beling. 
sejumput hati yang berharap ingin dimengerti. 

aku, terpasung dalam langit biru yang melambung, mengambang tanpa sayap. 
yang dengan mudah terhempas, tersesat dalam rumah sendiri, dan mengapung di hamparan laut lepas tanpa siapa siapa.

rapuh, hatiku runtuh. lebur, aku hancur. 

karena mata tak selamanya mampu melihat. hati, yang meski tak sebersih mata, mampu menangkap isyarat nyawa. keletihanku dalam menapaki jalan buntu. lariku pun menjadi gontai, letihku dalam semua angan tentang kalian.


Comments