PERAHU ABU DAN AIR DALAM BEJANA

Lepaslah... Lepas.

Perahu abu itu telah lepas dari genggam tangan, mengurai dan mencumbu dinginnya air keran yang tersimpan semalaman.

Perahu abu sendiri, bersandar pada air dalam bejana seng penuh karat, dalam malam pekat yang sudah lama menambat seperti nyanyian sunyi penyair dengan tempo yang lambat.


"Inikah sebuah takdir atau kebetulankah?" Perahu abu meluruhkan dukanya ketika malam beranjak lepas dan dingin semakin sunyi.

"Teramat cepat jika kau tanyakan, untuk apa kita dipertemukan" Dalam keheningan berkabut duka, air dalam bejana masih terasa dingin dan semakin menjerat setiap nadi yang menyentuhnya.

Dia dan dia, perahu abu dan air dalam bejana, membeku dalam malam sunyi yang tanpa mereka tahu, "kenapa kita dipertemukan?"

Lepaskan... Lepas!!

Comments