YANG TERBUANG

Saya patut malu pada diri sendiri. Melihat rumah yang hampir roboh. Dinding yang lobang dimana-mana. Perabot makan yang hanya sekadarnya. Perapian yang tertata dari bata dan kayu ranting-ranting depan rumah. 



Saya tak pantas bersedih hanya perkara ingin sepatu baru dan tak diijinkan membelinya sama suami. Tak dibolehkan beli tas merek luar meski kw. Dan selalu dilarang belanja barang-barang tak penting yang bagi saya bisa menyenangkan hati perempuan dikala galau.


Saya wajib bersyukur, ketika melihat kondisi rumah orang-orang terbuang yang makannya pun kadang-kadang. Disana saya bertemu seorang ayah dan tiga anak-anaknya yang masih sekolah dasar dan sekolah menengah pertama. "Kami hidup dari uang ngamen" lalu Bapak itu, Pak Sudiro, menyanyikan sebuah lagu bersama anak-anaknya...


kucoba bertahan mendampingi dirimu...
walau kadangkala tak seiring ceria
kucari dan selalu kucari jalan terbaik
agar tiada penyesalan dan air mata
(Pance Pondaag)

Kau tahu, hidupmu luar biasa!

Comments