KOMPOSISI CERDAS : HUTAN JATI, KOPI, DAN PEPENG

Saya masih bingung, ketika seorang teman bilang, "ah kopi dieng itu enteng, kurang menantang. Itu biasa" 





Malam itu saya terbawa menuju sebuah kedai kopi yang berada di tengah hutan jati. Kedai itu bernama Klinik Kopi. Ketika masuk, saya langsung ingat pada sebuah buku karya Dee Dewi Lestari 'Filosofi Kopi'.


Pemilik kedai Klinik Kopi, bernama Pepeng menyambut kami dengan hangat, sehangat senyumnya pada setiap pelanggan. Dia menjelma seperti seorang pria bernama Ben yang saya kenal dalam perjalanan Filosofi Kopi.


Satu persatu dari kami ditanyai, ingin diracikkan kopi jenis apa, plus story coffee nya. Ah, barista ini memang manis. Saya manggut-manggut melihatnya presentasi jenis kopi, meski yang ada dalam otak saya, "boleh minta pin bb?"


Saya makin suka dengan barista ini, karena dia mengenakan kaos yang istimewa. Kaos dengan design tulisan yang pas dengan isi otak saya. "Petualangan adalah pergi tanpa titik tujuan, membiarkan dirimu tersesat, mencari dan memilih, dan kamu tak tahu kapan harus pulang"










Kemudian giliran saya. Ketika Pepeng menanyakan, "mau kopi apa?" Saya lantas menjawab, "silahkan kamu pilihkan. Saya ingin yang sederhana" Tak lama, secangkir kopi Dieng tersaji. Iya, ini rasanya sederhana, simpel, sesuai angan-angan saya. Berhubung di lantai atas tak diijinkan menyalakan rokok, saya dan teman-teman putuskan untuk membawa kopi ke bawah. Lalu seorang teman menanyai, "Apa kopimu itu?" Saya jawab, "Dieng". Mereka menertawai, dan teman saya bilang, "Ah kopi dieng itu enteng, kurang menantang. Itu biasa"

Saya bingung, apa yang salah dengan kopi Dieng yang hanya sederhana ini? Yang tak sepekat Wamena... Karena menurut saya, kopi itu bukan soal kelas atas, kelas bawah. Bukan soal 'berat' atau 'nikmat'. Bagi saya, kopi itu tentang rasa yang ingin saya capai. Seperti perasaan saya ketika memasuki ruang bertekstur coklat kayu dan kaca-kaca jendela. Seperti ketika pertama kali, saya menemukan barista jelmaan Ben meracik kopi dengan aura yang meluap-luap.




Seperti malam itu, dimana saya merasakan sesuatu yang sederhana : Hutan Jati. Kopi. Pepeng. Tiga komposisi penyetara hati saya dalam sebuah misi Petualangan. 






Comments