TAMU PEREMPUAN

Karena waktu selalu memberi kejutan, pada siapa kita akan dipertemukan. Disuatu malam yang suram, dua perempuan duduk bersama di sebuah kedai kopi angkringan dan saling menyimpan dendam. Mereka sama-sama saling mengumpat, "Bajingan!"


Hujan turun deras di pekarangan, tak terlihat siapapun melintas menghampiri kedai kopi angkringan. Malam makin larut, bikin hati perempuan penjaga kedai kopi itu ikutan kalut. Sejak pagi tadi, belum seorang pun datang untuk ngopi. Padahal setiap hari selalu ada saja pembeli, entah teman sendiri atau langganan pribadi.
“Hari ini sepi”
“Yaudah, closing aja. Gue juga capek”

Wanda, bersama seorang teman barista menata kursi dan meja, mengembalikan asbak dan tissue ke tempat semula. Pintu sudah ditutup, namun terdengar seseorang datang mengetuk. Seorang perempuan cantik dengan jari tangan yang lentik, baju transparan yang memperlihatkan belahan. Perempuan setengah mabuk itu memaksa ingin masuk, mau pesan kopi untuk mengusir rasa kantuk, katanya.
“Tapi kita udah mau tutup, mbak”
“Sebentar saja, bagaimana?”

Setelah cukup lama berdebat, tamu perempuan itu diijinkan masuk dengan syarat. Hanya sebentar dan tak bikin onar, karena dari bau mulutnya, aroma alcohol tersebar. Tamu perempuan itu duduk di kursi tinggi depan meja barista, dan tak disadarinya jika sedari tadi celana dalamnya mengintip dari celah rok mini.
Winda menyodorkan daftar menu kedai kopi, yang sudah disimpannya dalam almari dan terkunci. Sesekali mulutnya menguap, sebuah kode kalau dia sudah ngantuk berat. Sementara tamu perempuan itu, tak mau tahu, malah membuka jaketnya, lalu memesan kopi dan risoles ikan tuna. “Risolnya udah habis mbak”“Yaudah kopinya aja, sama bikinin mie instan, saya lapar”

Pesanan sudah datang, tamu perempuan itu meminta Wanda duduk bersamanya, setengah memaksa, dia ingin bercerita. Tentang seorang lelaki yang tak mau menikahi, tapi selalu menuntut untuk dilayani. Tentang binatang yang selalu girang ketika melihat perempuan telanjang.
“Saya udah pacaran hampir sepuluh tahun, tapi dia ngga mau nikahin saya. Brengsek!”
“Semua lelaki kan kayak gitu, baru tahu?” sahut Wanda. 

Obrolan tentang pernikahan hingga lelaki bajingan, kemudian disusul curhatan tamu perempuan itu, menghipnotis malam menjadi pagi. Wanda, dengan sepasang mata yang sudah lelah, tetap terjaga, menemani tamu perempuannya.  

Sudah jam dua pagi, dan tamu perempuan itu tak mau pergi. Dia masih saja mengumpat kekasihnya yang tak mau menikahinya. Sesekali dia menangis ketika menceritakan kelakuan kekasihnya yang teramat bengis. Menyuruhnya melumat penis, hingga menelan sperma yang kental dan bikin dia mual. Lalu jongkok mirip anjing goblok. Dan sering merasakan sakit ketika payudaranya digigit.
“Pacar saya itu udah kayak binatang! Saya disuruh mangap, dijejali granat hingga muncrat. Ngga boleh dimuntahin, rasanya bacin!”

“Sorry mbak, ini udah jam dua pagi” sambil menunjukkan jam tangannya, Wanda mencoba mengingatkan tamu perempuannya. 
“Masa? Sorry ya… Ngga kerasa, keasikan ngobrol. Oya, kita belum kenalan. Saya Grace”
Wanda mengulurkan tangannya, “Wanda”

Entah lupa atau tak peduli, Grace masih ingin bercerita tentang kekasihnya yang baru saja dipergokinya bercinta dengan seorang perek berbaju ungu, dengan rambut sebahu. Ketika disebuah perjalanan pulang dari hotel dan kekasihnya menghentikan mobil lalu mampir diminimarket, katanya mau beli korek, tapi ternyata malah kenthu sama perek.

“Ini cerita terakhir...” Grace membetulkan roknya yang mini sambil menghabiskan mie instan yang didiamkannya sejak tadi.
“Terakhir kali saya diajak cek in sama pacar saya, kemarin malam, dan saya pura-pura belanja sampe 2 jam. Biar aja dia nunggu sampe jenuh, lalu marah-marah” Lalu Grace menyulut rokok, dan melanjutkan cerita.  
“Pacar saya brenti di minimarket, katanya sih beli korek. Tapi feeling saya dia mau onani. Anjing banget dia! Ternyata di toilet minimarket, dia sama perek, bukan beli korek”

Grace telah menghabiskan mie instan, dan meminta Wanda mengambilkannya air mineral dan nota tagihan. Dilanjutkannya cerita soal si perek yang keluar bersama kekasihnya dari toilet minimarket.
“Perek itu bajunya ungu, rambutnya terurai sebahu, menutupi muka sehingga saya ngga jelas melihatnya"
“Udah pagi nih mbak, gue sbenernya jaga cuma sampe jam dua belas, ini udah overtime” Wanda mulai gerah dengan cerita tamu perempuannya. Dia berusaha bagaimana caranya, meminta tamu perempuannya untuk segera membayar kopi, air mineral dan mie instan, kemudian pergi dari kedai kopi angkringan. Karena Wanda sudah tak sabar, ingin menampar, lalu menutup mulut tamu perempuannya yang mulai ngabar
"Bajingan!"  batinnya.

“Okay, sorry sorry. Ini saya bayar dua ratus ribu, kembaliannya ambil aja, anggap ini fee buat kamu, udah mau dengerin curhatan saya. Kapan-kapan saya mampir sini lagi ya” Grace meninggalkan kedai kopi angkringan, dengan sejuta cerita tentang kekasihnya yang bajingan, pada perek yang melayani kekasihnya kemarin malam. 

Comments

kemstro said…
ini lanjutannya toilet minimarket,.. padahal yg diajak ngobrol grace kan si wanda perek yg nglayani cowokny di toilet,..mantabh ceritamu sep,.. skali kali aku gawenen suspect tulisanmu ncep,cerita tunggal tapi yo, tentang aku tok,tak tunggu..awas nek ora..heuheu
diponk said…
donyane wanda karo grace kuwi sempit tenan ya :D
septi sutrisna said…
iya, ini kelanjutan TOILET MINIMARKET. next story, aku mau kenalin Ray's Life.