Jika Hidup Sepahit Espresso

Kalau dihitung, mungkin saya bisa minum kopi hingga 3 cangkir dalam sehari. Meski kebanyakan kopi tubruk dan instant coffee mix.


@kopiitem_coffee

Biasanya, pagi hari saya selalu minum kopi tubruk, bikin sendiri di rumah. Siang, teman kantor sering ajakin ngopi, kadang kopi tubruk, kadang pula kopi instant, seperti Nescafe. Malamnya, selalu saya luangkan waktu sruput kopi bersama teman-teman komunitas, menikmati kopi sambil membahas hobby.

Kalau soal kopi, favorit saya memang espresso. Baru-baru saja sih, suka espresso. Gara-gara bosan dengan rasa kopi yang manis, saya mulai tertarik jenis espresso.

Kemarin, saya dan suami, malam mingguan di Jogja, sambil menjemput pekerjaan. Mampir ke sebuah kedai kopi Kopi Item Coffee, yang berada di BBC Plaza Babarsari.

@kopiitem_coffee

Sebuah single sot Espresso tersaji tak lama setelah saya pesan, dan secangkir kopi Java Arabica pesanan suami saya. Tak ada gula yang disajikan bersama Espresso saya. Begitu paitnya espresso ini, sampai-sampai suami saya nyengir waktu penasaran pengen nyoba.

"Ini pait banget mah. Ngga kuat!" Protesnya lalu dilanjutkan meneguk Java Arabica.

Espresso pesanan saya
Dalam pikiran saya yang dipenuhi dengan daftar tuntutan kerjaan, uang, dan tanggung jawab lainnya, saya sruput lagi espresso, tak ada rasa pait, ini nikmat.

Bagaimana jika hidup kita seperti espresso ini? Tanpa ada gula sebagai pemanis? Apakah tetap kau melaluinya?

Ya! Saya akan membiasakan hidup pait tanpa ada toleransi, supaya saya bisa lebih disiplin dan serius menjalani kenyataan, tak lagi manja.

Terimakasih single sot espresso ala Kopi Item yang mengantarkan saya pada kenyataan hidup, pait!

Comments

diponk said…
coba minumnya sambil lihatin senyum saya mbak :')