INSTAN, CINTA ITU INSTAN

Dia memandangi kembali jendela kaca yang dibingkai kayu jati divernis manis, dalam sebuah warung yang hanya menjual cinta. Lalu sesekali memainkan gadget, iseng iseng mengirimkan pesan kepada entah siapa, dalam sebuah akun sosial media yang sering dibicarakan. Dengan melampirkan satu jepretan foto kualitas standar lima mega piksel, Android. Direvisi menggunakan editor instan dengan saturasi acak tanpa ada perhitungan tepat, yang penting enak dilihat. Cangkir kopi dihadapannya tak mampu menolak, pasrah untuk diunggah dengan sebaris curahan hati seorang yang sedang gundah, "Tak pernah kutemukan cinta disini, di kopi ini. Cintaku pergi bersamamu." Lantas sejuta manusia mengetahuinya, terhanyut dalam drama romantisnya. Instan, cinta itu instan.

Comments