MELUPAKAN


Tak semudah ketika kamu datang lalu memesan secangkir kopi. Pesanan datang sesuai yang kamu inginkan. Melupakan, sebuah proses yang tak mudah. Njelimet karena setiap detil kenangan ada didalamnya. Memori manusia bahkan tak mudah di reset dengan cepat. Kamu bukan robot. Jadi, perlu waktu untuk menghapusnya, atau lebih tepatnya mengiklaskannya.

Kamu ingin melupakan kenanganmu dengannya? Itu mustahil, apalagi begitu banyak waktumu telah kau habiskan dengannya. Sepuluh tahun. Bisa jadi kamu butuh dua kali lipatnya waktu untuk merelakannya bersama lelaki lain. Yang lebih dipilih dengan pertimbangan panjang. Bukan hanya soal perasaan. Memutuskan sebuah hubungan juga melibatkan ikatan, menguraikan tali kekeluargaan yang faktanya lebih dikuatkan jika ingin masuk dalam sebuah ikatan mendalam.

Jangan tanya padaku, bagaimana melupakan kekasihmu. Karena aku pun tak pernah ingin mengingat mantan kekasih. Yang bisa kulakukan adalah menumbuhkan selalu bayangnya dalam setiap malam. Kamu pasti akan semakin marah jika aku menyuruhmu mengingatnya selalu. Mengingat kekasih yang sudah tak menjadi milikmu, bagiku, akan memberikan rasa bahagia tersendiri walau kadang juga sakit hati. Semakin sakit ketika kau menjumpainya di jalan bersama kekasihnya yang baru, meski itu tak pernah kau inginkan.


Sakit ya?

“Iya” Tak ada proses yang tak menyakitkan. “Dinikmati saja” ucapku sambil mengecup keningmu yang masih kencang. Belum ada lipatan keriput, mungkin karena kau rutin perawatan, atau memang kau masih sangat muda. Kumanfaatkan kesempatan ini untuk mencuri aroma wangi shampo yang melekat di rambutmu, ini pasti pilihan mama mu yang sangat perhatian. “Beruntung ada mama yang selalu menyemangati” katamu sedikit lega. Benar, mama mu adalah sebaik-baiknya perempuan yang sangat tulus mencintaimu. Abaikan kekasih yang meninggalkanmu dengan alasan kamu tak sehebat kekasihnya yang baru. Mungkin tepatnya kamu tak sekaya kekasihnya yang baru.

Lupakan mantanmu. Ada mama mu. Dia lebih hebat dari perempuan manapun.

“Terimakasih tante” ucapmu pelan dalam pelukanku. Kenapa aku bisa mengatakan mama mu adalah yang terhebat dari perempuan manapun? Kenapa kau tak menanyakannya padaku? Bukan aku sok tahu. Aku memang tahu. Karena mama mu, perempuan yang bisa memalingkan padangan seorang lelaki yang pernah kucintai. Yang sekarang menjadi papa mu.

Comments